Rabu, 24 September 2008

EFEK ANTIBAKTERI INFUSA BUNGA KAMBOJA TERHADAP SHIGELLA DYSENTRIAE SECARA IN VITRO (proposal)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Obat-obatan tradisional masih merupakan pilihan utama bagi masyarakat Indonesia secara umum. Sesuai anjuran dari World Health Organization (WHO) dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, upaya kesehatan tradisional dengan obat tradisionalnya perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya, dibina dan dikembangkan agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 pasal (1), obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut yang telah digunakan secara turun temurun. Pemerintah juga mendukung adanya penelitian dan pengembangan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan.1
Salah satu tanaman tradisional yang populer adalah bunga kamboja (Plumeria acuminata Ait.). Pohon kamboja telah digunakan sebagai obat sejak zaman dulu, terutama di daerah kepulauan Pasifik, Asia Timur, dan Polinesia. Khasiat bunga kamboja secara medis belum dibuktikan, tetapi secara empirik sudah banyak digunakan sebagai bahan obat.2
Seluruh bagian tanaman kamboja, seperti kulit batang, batang, daun, akar, dan bunganya memiliki khasiat obat. Kulit batangnya digunakan sebagai laksatif. Getah, daun, kulit batang, dan akar, serta seluruh bagian tumbuhan untuk mencegah pingsan akibat udara panas (heat stroke), disentri basilar, gangguan pencernaan (dyspepsia), gangguan penyerapan makanan pada anak, malnutrisi, radang hati (hepatitis infectiosa), radang saluran napas (bronchitis), jantung berdebar keras, TBC, cacingan, sembelit, kencing nanah (gonorrhea), beri-beri, busung air, kapalan (klavus), telapak kaki pecah dan bengkak, sakit gigi berlubang, luka, bisul (furunculus), patek (frambusia), serta benjolan keras (tumor).2
Bahan kimia yang terkandung pada kamboja di antaranya dammar, senyawa karet, senyawa triterpenoid, amyrin, dan lupeol. Selain itu juga, bunga kamboja mengandung geraniol, sitronellol, linallol, farnesol, dan fenil alkohol.2
Shigella dysentriae adalah bakteri yang sering menyebabkan disentri. Gejala yang dominan adalah demam disertai diare. Disentri adalah suatu sindrom yang memiliki karakteristik seringnya buang air besar (biasanya 10-30 kali per hari) dengan feces yang mengandung darah, mucus, dan pus; jenis diare ini biasanya disertai dengan kram perut yang parah. 3
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas maka penulis mengadakan penelitian untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) infusa bunga kamboja terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysentriae. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai manfaat bunga kamboja dalam rangka menggali potensi sumber daya alam sebagai sumber bahan obat yang murah dan mudah diperoleh.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan di atas diidentifikasikan masalah yaitu: Berapa Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) infusa bunga kamboja terhadap Shigella dysentriae?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah mengadakan penelitian mengenai daya antibakteri infusa bunga kamboja terhadap Shigella dysentriae.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) infusa bunga kamboja sebagai antibakteri terhadap Shigella dysentriae

1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi infusa untuk menghambat pertumbuhan serta konsentrasi untuk membunuh Shigella dysentriae, dengan diketahuinya KHM serta KBM.



1.5 Kerangka Pemikiran
Pengobatan dengan memanfaatkan bunga kamboja sudah dilakukan sejak lama. Hal ini membuat bunga kamboja menjadi obat tradisional yang abadi sepanjang masa dengan cara diturunkan dari generasi ke generasi. Masyarakat di daerah Pasifik dan Polynesia sangat percaya khasiat dari bunga ini.
Bunga kamboja mengandung senyawa triterpenoid, amyrin, lupeol, famrnesol, dan fenil alcohol yang terbukti sebagai zat anti-bakteri. Zat tersebut terbukti memiliki daya dalam menghambat dan mematikan bakteri patogen, seperti Mycobacterium tuberculosa, dan Shigella dysentriae.2
Shigella dysentriae sendiri merupakan jenis bakteri penyebab tersering disentri. Bakteri ini juga merupakan patogen nosokomial yang bersifat toksigenik yang dapat menimbulkan infeksi bila fungsi pertahanan inang abnormal.3
Penulis ingin mengeahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) infusa bunga kamboja terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysentriae. Daya antibakteri dapat dilihat dengan menggunakan metode difusi agar yang menunjukkan zona hambat pertumbuhan Shigella dysentriae.4
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) adalah konsentrasi terkecil dari suatu bahan yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganise in vitro. Sedangakan Konsentrasi Bunuh Minimal adalah konsentrasi terkecil dari obat yang dapat membunuh mikroorganisme.4


BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Obat Tradisional
Dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut yang telah digunakan secara turun temurun berdasar kanpengalaman. Departemen Kesehatan menggolongkan obat tradisional sebagai jamu, fitoterapi, fitofarmaka, dan TOGA (Tanaman Obat Keluarga).1
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku. Istilah cara penggunaannya menggunakan pengertian farmakologi seperti diuretik, analgesik, antipiretik, dan sebagainya.1
TOGA adalah tanaman obat keluarga yang dahulu disebut sebagai Apotek Hijau. Pada pekarangan atau halaman rumah ditanam beberapa tanaman obat yang digunakan secara empirik untuk mengatasi keluhan-keluhan yang diderita.1



2.1.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga. Simplisia berupa bahan yang telah dikeringkan berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral.5
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya yang masih belum berupa zat kimia murni.5

2.1.2 Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90OC selama 15 menit.5
Cara pembuatan infusa adalah dengan memanaskan bahan tumbuhan yang ditambahkan air suling di dalam panic infusa dengan 90OC selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Keuntungan dari proses ini adalah agar bahan aktif di dalam sel ini cepat larut karena sel akan mengalami lisis sehingga bahan aktif di dalamnya keluar. Setelah 15 menit, kemudian disaring dengan menggunakan kain flannel. Hasil saringan inilah yang nantinya digunakan sebagai obat.
Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang paling tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur dengan pelarut yang digunakan. Selanjutnya pemisahan zat aktif dari pelarutnya dengan lebih mudah dilakukan untuk memperoleh zat aktif yang benar-benar murni. Metodenya dikenal dengan nama Sochlet, yaitu dengan menggunakan alat percolator dan countercurrent screw extractor. Dari sini jelas terlihat bahwa metode pembuatan ekstrak lebih rumit dan mahal dibandingkan dengan metode pembuatan infusa.

2.2 Bunga Kamboja (Plumeria acuminate Ait.)
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi Plumeria acuminate Ait. Adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Plumeria
Species : Plumeria acuminate Ait.

2.2.2 Jenis dan Varietas Bunga Kamboja
Bunga kamboja memiliki beberapa spesies. Ada sekitar 8 spesies bunga kamboja yang dikenal, antara lain Plumeria alba, Plumeria inodora, Plumeria obovata, Plumeria obtusa, Plumeria pudica , dan lain-lain. Jenis yang paling dikenal adalah Plumeria rubra atau yang juga dikenal sebagai Plumeria acuminate.
Plumeria acuminate paling dikenal di Negara barat karena fungsinya sebagai hiasan. Disana, bunga ini disebut sebagai temple flower. Di Jawa, bunga ini dikenal dengan nama samboja, kamboja, atau semboja. Di Madura disebut cempaka, di Makasar disebut mbunga jene mawara. Sedangkan di Cina dikenal dengan nama Ji Dan Hua.2

2.2.3 Ciri-ciri Umum Bunga Kamboja
Bunga kamboja berwarna putih dengan corakan warna kuning atau bunga seutuhnya berwarna merah muda. Bunga ini tidak memiliki nektar,dan penyerbukkannya dibantu oleh serangga. Bunga kamboja tercium lebih wangi di malam hari.
Pohon kamboja memiliki ketinggian kurang lebih 8 meter. Daunnya tebal dan memiliki rambut halus pada permukaannya.

2.3 Shigella dysentriae
Habitat Shigella dysentriae adalah pada traktus intestinal manusia atau primata lainnya. Bakteri ini menyebabkan disentri.3

2.3.1 Morfologi
Shigella dysentriae berbentuk kokkus dan tergolong bakteri gram negatif . Koloni Shigella berbentuk konveks, sirkular, dan transparan.4

2.3.2 Karakteristik Biakan
Semua Shigella memfermentasikan glukosa. Kemampuan fermentasi laktosa berbeda pada setiap jenis Shigella, dan ini menjadi dasar klasifikasinya. Shigella membentuk asam dari karbohidrat, namun jarang membentuk gas. Shigella bias dibedakan menjadi Shigella yang memermentasikan manitol dan yang tidak.4

Table 16–3. spesies patogenik dari Shigella
Jenis
Grup dan Tipe
Mannitol
Ornithine Decarboxylase
S dysenteriae
A
-
-
S flexneri
B
+
-
S boydii
C
+
-
S sonnei
D
+
+

2.3.3 Faktor-faktor Patogen dari Shigella dysentriae
Menurut Medical Microbiology Jawetz’s, Shigella dysentriae memiliki beberapa factor pathogen, antara lain:
1. Toxic Liposaccharydes
Liposakarida yang dimiliki Shigella dapat menyebabkan iritasi pada dinding usus.
2. Exotoxin
Eksotoksin ini dapat berefek sebagai neurotoksin yang dapat menyebabkan meningismus, bahkan koma.4


2.3.4 Infeksi yang Disebabkan oleh Shigella dysentriae
a. Patogenesis
Shigella masuk melalui mulut. Karena Shigella tahan dengan keadaan pH yang rendah, bakteri jenis ini dapat melewati barier asam lambung dan kemudian menginvasi mukosa di kolon, khususnya menyerang sel epitel absortif. Bakteri ini bisa mereplikasi dirinya di dalam sel di kolon sehingga bisa menginvasi lebih lanjut.3

b. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari infeksi Shigella dysentriae adalah adanya diare yang disertai darah, mukus, dan pus. Biasanya pasien juga mengalami demam tinggi yang dapat mencapai 40oC. Jika tidak segera ditangani, pasien dapat mengalami ulkus di kolon.3

2.4. Uraian Prosedur Penelitian
2.4.1 Metode Difusi Agar
Kerentanan bakteri terhadap suatu antibakteri dapat diukur secara in vitro dengan menggunakan prinsip difusi agar. Beberapa proses berlangsung ketika infusa yang mengandung antimikroba dimasukkan ke dalam sumur pada agar medium yang telah diinokulasi. Pertama, terjadi penyerapan air dari medium agar dan kemudian melarut. Kemudian antimikroba itu berdifusi pada medium agar sesuai dengan hukum fisika yang berlaku atas proses difusi suatu molekul. Hasil yang didapat berupa diameter zona hambat pada agar sekeliling sumur.

2.4.2 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)
Pada metode pengenceran tabung digunakan beberapa tabung yang berisi antimikroba dengan berbagai konsentrasi. Pada tabung-tabung tersebut kemudian ditanam bakteri yang akan diuji yang disesuaikan dengan standar Mc Farland 0.5, yaitu sekitar 108 kuman per milliliter. Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 derajat celcius, kemudian dari setiap tabung tadi diamati tabung dengan konsentrasi antimikroba terkecil yang tidak menunjukkan pertumbuhan mikroba. Pada metode ini dapat ditentukan KHM dari suatu antimikroba terhadap uji bakteri.

2.4.3 Penentuan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM)
KBM ditentukan dengan cara mengambil suspensi dengan menggunakan ose dari tabung-tabung yang digunakan untuk menentukan nilai KHM dan menyebarkannya pada lempeng agar Mueller-Hinton secara sektoral. Lempeng tersebut lalu diinkubasi di lemari pengeram selama 24 jam pada suhu 35-37 derajat celcius. Konsentrasi terendah yang tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri adalah nilai KBM.
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian
3.1.1 Bakteri Uji
Sediaan bakteri adalah bakteri Shigella dysentriae dari Laboratorium Mikrobiologi FK Unpad yang berasal dari Biofarma. Sebelumnya bakteri ini ditumbuhkan dulu pada agar nutrient miring.

3.1.2 Bahan Uji
Bahan penelitian yang digunakan adalah simplisia bunga kamboja (Plumeria acuminate Ait.) dengan bentuk sediaan infusa. Infusa dibuat sesuai dengan yang tertera dalam Farmakope Indonesia.

3.1.3 Alat Penelitian
Alat-alat yang diperlukan adalah:
1. Panci infusa, terdiri dari 2 tingkat
2. Kompor
3. Botol infusa
4. Gelas ukur
5. Saringan halus
6. Cawan petri
7. Tabung reaksi
8. Ose
9. Incubator
10. Api Bunsen
11. Neraca
12. Agar Mac Conkey

3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah modifikasi metode difusi agar Kirby Bauer dengan menggunakan agar Mac Conkey dan metode dilusi tabung. Hasil penelitian didapatkan dengan mengukur diameter daerah hambat yang terbentuk pada medium agar serta dengan menentukan Konsentrasi Hambat Minimal dan Konsentrasi Bunuh Minimal dari infusa bunga kamboja terhadap bakteri uji.




3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Prosedur Pembuatan Infusa Bunga Kamboja
1. Bunga kamboja dicuci bersih lalu ditimbang sebanyak 300 gram (untuk percobaan difusi agar) dan 400 gram (untuk percobaan dilusi tabung) kemudia dirajang halus
2. Hasil rajangan dimasukkan ke dalam panic infusa kemudian dimasukkan air matang sampai didapat volume 100 ml untuk membuat infusa dengan konsentrasi 300% dan 400%.
3. dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit terhitung sejak suhu mencapai 90 derajat celcius sambil diaduk tiap 5 menit sekali.
4. campuran tersebut kemudian disaring dengan saringan halus sampai airnya tidak menetes lagi.

3.3.2 Prosedur Pembuatan Suspensi Bakteri
1. Bakteri Shigella dysentriae ditumbuhkan dalam media agar nutrien miring lalu diinkubasi selama 24 jam dalam suhu 37 oC.
2. Koloni bakteri dari agar miring yang telah diinkubasi kemudian dimasukkan ke dalam larutan NaCl untuk dibuat suspensi sampai didapatkan kekeruhan yang disesuaikan dengan standar kekeruhan McFarland 0.5 sehingga didapatkan bakteri 108 CFU/ml
3.3.3 Prosedur Untuk Melihat Daya Antibakteri
1. Disiapkan cawan petri yang telah disterilkan dalam autoclave
2. Masukkan 1 ml suspense bakteri uji Shigella dysentriae
3. tuangkan 30 cc Mac Conkey cair yang telah disterilkan dalam autoclave yang suhunya kira-kira 60oC kemudian dikocok hingga homogeny dan didiamkan hingga agar mengeras.
4. Dibuat 6 buah lubang sumur pada sediaan agar yang mempunyai tinggi 4 mm tersebut di atas dengan diameter yang sama sebesar 1 cm.
5. dituangkan infusa Plumeria acuminata dengan volume 0.3 ml ke dalam setiap lubang dengan konsentrasi berbeda, yaitu sebesar 300%, 200%, 150%, 100%, 50%, dan 25%.
6. sediaan ini diinkubasikan dalam lemari pengeram selama 24 jam pada suhu 37oC.
7. setelah 24 jam diukur diameter zona hambat yang terjadi pada setiap sumur.
8. prosedur di atas diilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.



3.3.4 Prosedur Untuk Melihat KHM
1. disiapkan 10 buah tabung steril yang telah diisi 1 ml Mac Conkey cair
2. pada tabung pertama diberikan 1 ml infusa bunga kamboja dengan konsentrasi 400% dengan menggunakan pipet steril, dikocok kemudian dari tabung pertama ambil 1ml kemudian diinokulasikan pada tabung kedua dan seterusnya demikian hingga tabung ke-sembilan. Kemudian diambil 1 ml larutan dari tabung ke-sembilan dan dibuang.
3. Konsentrasi infusa yang diperoleh adalah semakin kecil pada tabung berikutnya, yaitu dimuali dari 200%, 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.12%, dan 1.56%.
4. diinokulasikan 1 ml suspensi bakteri yang sesuai dengan standar McFarland 0.5 ke dalam tabung pertama sampai dengan tabung ke-delapan. Tabung ke-sembilan sebagai control negative berisi infusa saja dan sebagai control positif adalah tabung ke-sepuluh yang berisi bakteri saja.
5. konsentrasi akhir yang diperoleh adalah 100% pada tabung pertama, 50% pada tabung kedua, dan seterusnya, hingga tabung ke-delapan dengan konsentrasi 0.78%.
6. diinkubasikan dalam lemari pengeraman selama 24 jam pada suhu 37oC
7. setelah 24 jam diamati kekeruhan yang terjadi, nilai KHM didapatkan pada tabung terakhir yang tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri. Prosedur ini diulang sebanyak 3 kali.

3.3.5 Prosedur Untuk Melihat KBM
1. Ambil satu ose suspensi dari tabung yang digunakan untuk KHM
2. Sampel dioleskan pada lempeng agar Mac Conkey kemudian diinkubasikan di lemari pengeram selama 24 jam pada suhu 35-37oC.
3. Konsentrasi terendah yang tidak memperlihatkan pertumbuhan bakteri merupakan nilai KBM.
4.Prosedur ini diulang sebanyak 3 kali.







DAFTAR PUSTAKA
Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di Indonesia dan Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif, Jakarta: FKUI.
Hariana, H.Arief.. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Fauci, A.S., Eugene, & Isselbacher. 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 16th edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Brooks, G.F., Butel, J.S., & Morse, S.A.. 2007. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology 24th edition. New York: The McGraw-Hill Companies,Inc.
DepKes RI 1992. Undang-undang Kesehatan 1992. UU RI No.23 Tahun 1992. Jakarta: Penerbit Sinar Gartika

1 komentar:

a little story from bigger life mengatakan...

tertarik sama penelitian ini. bisa minta nmr hp? atau akun twitternya? :)